Pages

Minggu, 18 Desember 2016

Pengembangan dan Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan

Pengembangan dan Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan

Terfokus pada sudut pandang model pengambilan keputusan yang dibatasi pada model hubungan sebab-akibat antar variabel kriteria yang memberikan kecenderungan pilihan atas suatu set alternatif.  Analisisnya difokuskan pada komponen subsistem model, subsistem dialog, dan subsistem data base.

Penyusunan SPK didasarkan pada pengembangan hubungan-hubungan logis persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis dan model informasi, yang mencerminkan hubungan antara faktor-faktor yang terlibat. Model yang dikembangkan dalam SPK ini harus mampu memberikan gambaran (description), penjelasan (prescription), dan perkiraan (prediction) dari realitas yang diselidiki.

Metodologi yang digunakan untuk membangun sistem merupakan variasi dari metoda pengembangan sistem yang telah lama digunakan dan merupakan metoda yang tertua, yaitu yang disebut sebagai Siklus Hidup Pengembangan  Sistem atau System Development Life Cycle (SDLC).

Tingkat Teknologi SPK
Pembangunan SPK berdasarkan perangkatnya, mencakup tiga tingkat perangkat keras/ lunak.  Ketiganya digunakan berdasarkan perbedaan kemampuan teknik, dan perbedaan tugas yang akan dikerjakan

SPK Khusus  (Spesific DSS)
SPK yang siap digunakan secara langsung untuk menyelesaikan pekerjaan disebut SPK khusus.  Sistem ini meliputi sistem informasi terapan, tetapi dengan karakteristik yang sangat berbeda dengan pemrosesan data biasa.  SPK khusus adalah perangkat keras/lunak yang memungkinkan pembuat keputusan menyelesaikan sekumpulan masalah yang saling berhubungan.

Pembangkit SPK (DSS Generator)
Pembangkit SPK adalah suatu paket perangkat keras dan lunak yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan SPK khusus secara cepat dan mudah.  Geodata Analysis and Display System (GADS) dari IBM, dan Interactive Financial Planning System (IFPS) dari Executive Systems merupakan contoh suatu pembangkit SPK (Sprague, 1989).  DSS generator diantaranya meliputi fasilitas penyiapan laporan, bahasa simulasi, tampilan grafik, subrutin statistik, dan sebagainya.

Peralatan SPK (DSS Tools)
Merupakan tingkatan teknologi yang paling mendasar dalam pengembangan SPK.  Peralatan SPK adalah elemen-elemen perangkat keras dan lunak yang digunakan untuk mengembangkan SPK spesifik maupun pembangkit SPK.  Yang termasuk dalam kategori-kategori teknologi ini antara lain bahasa-bahasa pemrograman (BASIC, FORTRAN, DBASE IV, C, PASCAL dan sebagainya), sistem operasi komputer khusus, perangkat lunak pengakses data, dan sebagainya.

Pihak-pihak yang Berperan dalam Pengembangan SPK
-          Manajer atau pemakai, yaitu pihak yang terlibat langsung dengan proses pengambilan keputusan, pihak yang harus mengambil tindakan dan bertanggung jawab terhadap hasil tindakannya.
-          Penghubung, yaitu pihak yang membantu pemakai, mungkin seorang asisten yang bertugas menjalankan terminal, atau lebih dari sekedar itu.
-          Pembangun SPK atau fasilitator, yaitu pihak yang mengembangkan SPK khusus dari pembangkit SPK.
-          Pendukung teknik, yaitu pihak yang mengembangkan tambahan kemampuan atau komponen sistem informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan pembangkit SPK. Data base-data base baru, model-model analisis baru, dan tambahan format tampilan data merupakan hasil kerja pendukung teknik.
-          Pengembang peralatan, yaitu pihak yang mengembangkan teknologi baru (baik Hardware maupun Software), dan yang meningkatkan efisiensi hubungan antar subsistem dalam SPK.



Pengembangan SPK
Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yang unik.  Terdapat tiga jenis pendekatan dalam pengembangan SPK, yaitu:

Analisis Sistem
Kebanyakan dari peralatan dan pendekatan untuk analisis sistem didasarkan pada asumsi bahwa sistem komputer akan mempunyai proses yang terdefinisi (seperti diagram alir). Salah satu bentuk pendekatan proses bebas adalah pendekatan ROMC (Representations, Operations, Memory Aids, Control Mechanisms).

-          Representasi
Berbagai aktivitas dalam proses pengambilan keputusan terjadi dalam konteks konseptualisasi informasi yang digunakan dalam aktivitas tersebut.  Konseptualisasi ini mungkin berupa peta, sebuah gambar, sebuah grafik, beberapa angka, sebuah persamaan, dan sebagainya.

-          Operasi
Dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan, hal ini menyangkut kemampuan SPK dalam melakukan operasi analisis dan manipulasi terhadap representasi-representasi di atas.

-          Bantuan Memori
Beberapa jenis bantuan memori dapat disediakan dalam sebuah SPK untuk mendukung penggunaan representasi dan operasi

-          Mekanisme Kontrol
Representasi, operasi dan bantuan memori sebuah SPK dimaksudkan untuk mendukung berbagai variasi proses pengambilan keputusan dan variasi jenis-jenis keputusan.  Bantuan kontrol SPK dimaksudkan untuk membantu pengambil keputusan menggunakan representasi, operasi dan memori dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan berdasakan gaya individual, keterampilan, dan pengetahuan yang dimilikinya.

Pengembangan SPK
Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yang unik.  Terdapat tiga jenis pendekatan dalam pengembangan SPK, yaitu:

Perancangan Iteratif
Rancangan SPK harus memungkinkan untuk mengubahnya secara cepat dan mudah.  Untuk itu keempat tahap dalam proses pengembangan sistem biasa (analisis, perancangan, pembangunan dan penerapan) dikombinasikan ke dalam satu tahap tetapi dengan perulangan (Sprague, 1982).  Partisipasi pihak pemakai sangat berperan dalam proses perancangan dengan metoda ini.

Pengembangan SPK
Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yang unik.  Terdapat tiga jenis pendekatan dalam pengembangan SPK, yaitu:

Sistem Adaptif
Dalam pengertian yang lebih luas, SPK adalah sistem adaptif yang terdiri dari ketiga tingkatan teknologi, dioperasikan oleh semua peran, dengan teknologi yang disesuaikan dengan perubahan sepanjang waktu.

Komponen dialog, data base, dan pemodelan memberikan kemampuan representasi, operasi, memori dan kontrol yang diperlukan agar semua SPK berjalan efektif.

Komponen Teknologi
Pendekatan yang diterapkan untuk merancang komponen teknologi yang dibutuhkan dalam membangun SPK efektif adalah merancang kapabilitas perangkat keras dan perangkat lunak bagi manajemen dialog, pendekatan alternatif struktur data berdasarkan fungsi manajemen data, serta merancang model-model analisis dalam pengambilan keputusan yang digunakan dalam SPK.

Manajemen Dialog
Komponen dialog suatu SPK adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang memberi sarana interface (antar muka) antara pemakai dengan SPK.
-          Dialog tanya jawab
SPK bertanya kepada pemakai, kemudian pemakai menjawab, dan seterusnya, sampai SPK mengeluarkan jawaban yang diperlukan untuk mendukung keputusan.  Dialog tanya jawab menggunakan bahasa yang umum.

-          Dialog perintah
Jenis ini adalah perintah untuk menjalankan fungsi-fungsi SPK.  Format perintah menggunakan kata-kata standar dan pendek.  Untuk aplikasi sederhana, perintah-perintahnya mudah dipelajari, tetapi mungkin perlu untuk belajar kembali bagi pemakai yang jarang menggunakan sistem.

Komponen dialog suatu SPK adalah perangkat keras dan perangkat lunak yang memberi sarana interface (antar muka) antara pemakai dengan SPK.

      Dialog menu
Gaya dialog yang populer dalam SPK ialah dialog menu.  Dalam dialog menu, pemakai memilih salah satu dari beberapa alternatif menu, dengan menekan tombol-tombol pada papan kunci.

      Dialog form masukan/keluaran
Dialog form masukan/keluaran menyediakan form input tempat pemakai memasukkan perintah dan data, form keluaran merupakan tanggapan dari SPK.  Sesudah memperhatikan form keluaran, pemakai dapat mengisi form masukan lainnya untuk melanjutkan dialog.

      Dialog masukan dalam konteks keluaran
Perluasan dari dialog form masukan adalah mengkombinasikan form masukan dan keluaran sehingga masukan dari pemakai selalu dalam konteks keluaran SPK sebelumnya.  Dalam gaya dialog ini, SPK memperlihatkan keluaran yang dapat diisi oleh pemakai sehingga dapat sekaligus mengubah keluaran tersebut
Manajemen Data Base
Manajemen data base merupakan topik yang relevan dengan sebagian besar aplikasi komputer termasuk SPK. Data base merupakan prasyarat untuk merancang SPK yang efektif, agar dapat:
1.      Menyederhanakan pengumpulan dan pemeliharaan data yang digunakan oleh SPK
2.      Membatasi fungsi-fungsi pengelolaan yang dibutuhkan SPK.
3.      Menyederhanakan perancangan SPK
4.      Mengeliminasi performansi yang tidak perlu dan mendukung keamanan
5.      Meningkatkan kemampuan penggunaan data secara kolektif.

Sistem Manajemen Data Base (Data Base Management System) merupakan prasyarat penting bagi SPK, karena DBMS menangani pemeliharaan dan kontrol data base, serta menyederhanakan program interface SPK dengan data base.

Model Data
Dalam pengembangan komponen manajemen data base, akan terjadi pemilihan satu atau lebih model data.  Model data adalah metoda penyajian, pengolahan, penyimpanan dan penanganan data dalam suatu komputer.  Suatu model data mempunyai tiga bagian, yaitu :
1.      Kumpulan struktur data, misalnya tabel, hubungan, hirarki, atau network
2.      Kumpulan operasi yang dapat diterapkan pada struktur data, misalnya pembaharuan (update), pencarian informasi (retrieval), kombinasi dan sambungan (summation).
3.      Kumpulan aturan/ kendala yang menetapkan atau merubah status nilai pada struktur data base

Model data harus dibedakan dengan komponen pemodelan suatu SPK.  Meskipun komponen manajemen data base dapat digunakan oleh komponen pemodelan, model data merupakan model penyimpanan data dan operasi-operasi pada penyimpanan, sedangkan komponen pemodelan terdiri dari model-model keputusan.

Manajemen Model
Komponen pemodelan memberikan kemampuan pengambil keputusan untuk menganalisis masalah secara penuh melalui pengembangan dan perbandingan alternatif keputusan.  Integrasi model-model ke dalam sistem informasi berarti merubah suatu sistem informasi manajemen yang berdasarkan pendekatan komunikasi data (data base) dan pelaporan terintegrasi, menjadi suatu sistem pendukung keputusan.

Komponen pemodelan merupakan alat utama untuk mendukung aktivitas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.  Komponen pemodelan mendukung aktivitas-aktivitas pada fase design (perancangan) dan choice  (pemilihan), meliputi:
-          Proyeksi
-          Deduksi
-          Analisis
-          Penetapan alternative
-          Optimasi
-          Simulasi, dan lain-lain.

Perancangan komponen pemodelan harus memungkinkan user atau pengambil keputusan untuk mendukung aktivitas-aktivitas secara langsung.  Beberapa kapabilitas yang dibutuhkan pemodelan dalam SPK adalah:
1.      Interface
a.      Pemakai dapat bekerja dalam proses pemecahan masalah tanpa selingan (distraksi) yang tidak perlu
b.      Parameter kontrol harus diekspresikan dalam bentuk yang mudah dikenali oleh pemakai
2.      Control
a.      Pemakai harus diberi suatu spektrum kontrol.  Jika memungkinkan, sistem harus mendukung operasi manual yang memungkinkan pemakai dapat memilih level operasi algoritma yang sesuai
b.      Mekanisme kontrol harus memungkinkan pemahaman pemakai secara langsung terhadap solusi masalah.
3.      Fleksibilitas
Operasi-operasi manual dan algoritmik dapat saling dipertukarkan sehingga pemakai dapat mengembangkan sebagian solusi melalui metoda manual dan kemudian melanjutkannya dengan metoda algoritma, atau sebaliknya.

4.      Umpan balik (feed back)
a.      Sistem harus menyediakan umpan balik sehingga pemakai mengetahui secara penuh kedudukan proses solusi setiap saat.
b.      Perancangan itu sendiri harus menggunakan sistem umpan balik

Basis Model
Basis model terdiri dari model-model permanen, model-model khusus, model untuk mendukung keputusan strategis, taktis dan operasional, serta model untuk mendukung berbagai pendekatan analisis.  Dalam cara yang sama, basis model perlu disimpan, ditangani dan dioperasikan dibawah kontrol Model Basic Management System (MBMS) yang analog dengan DBMS.  Empat fungsi umum yang paling penting, yaitu:
1.      Pengembangan (generation), yaitu mekanisme fleksibel untuk pengembangan dan penurunan model-model.
2.      Restrukturisasi, yaitu suatu cara untuk menetapkan kembali atau restrukturisasi suatu model sebagai tanggapan terhadap perubahan dalam situasi yang dimodelkan.
3.      Update, yaitu suatu prosedur untuk memperbaharui suatu model sebagai tanggapan terhadap perubahan data.
4.      Report gereration-equiry, yaitu operasi model untuk memperoleh pendukung keputusan yang diinginkan.

Integrasi dengan Komponen Dialog
Basis model dengan sistem manajemennya harus diintegrasikan dengan komponen dialog secara langsung, untuk memberikan kontrol langsung kepada pemakai selama operasi, manipulasi, dan penggunaan model-model.
 

KERANGKA DASAR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


Sudut Pandang Konotasional (Sprague, 1982)



 Sudut Pandang Konotasional (Sprague, 1982)
PDE diterapkan pada level operasional organisasi.  Karakteristik PDE meliputi aktivitas-aktivitas :
·         Menitikberatkan pada data, penyimpanan, pengolahan, dan aliran pada level operasional
·         Membantu pengolahan transaksi-transaksi secara lebih efisien
·         Memungkinkan pengolahan komputer secara lebih terjadwal dan optimum
·         Menyediakan pembukuan (file) terpadu untuk kegiatan yang saling berkaitan
·         Memberikan laporan umum atau ikhtisar kepada manajemen

SIM memiliki karakter sebagai berikut :
·         Menitikberatkan pada informasi bagi para manager menengah
·         Menangani aliran-aliran informasi yang terstruktur
·         Memadukan PDE dari kegiatan-kegiatan berdasarkan fungsi usaha (SIM Pemasaran, SIM Produksi, dan lain-lain).
·         Melayani kebutuhan informasi dan pembuatan laporan, umumnya melalui suatu data base

SPK, menurut tinjauan konotatif ini, merupakan sistem yang ditujukan kepada tingkatan manajemen yang lebih tinggi lagi, dengan penekanan karakteristik sebagai berikut :
·         Berfokus pada keputusan, ditujukan pada manajer puncak dan pengambil keputusan
·         Menekankan pada fleksibilitas, adaptabilitas dan respon yang cepat
·         Mampu mendukung berbagai gaya pengambilan keputusan dari masing-masing pribadi manajer.

Kelemahan pada pandangan konotasi, antara lain :
·         Adanya gambaran bahwa SPK seakan-akan hanya dibutuhkan pada tingkat manajemen puncak.  Pada kenyataannya, dukungan bagi pengambilan keputusan dibutuhkan pada semua tingkatan manajemen dalam suatu organisasi.
·         Pengambilan keputusan yang terjadi pada beberapa level harus dikoordinasikan.  Jadi dimensi dari pendukung keputusan adalah komunikasi dan koordinasi diantara pengambil keputusan antar level organisasi yang berbeda maupun pada level organisasi yang sama.

Sudut Pandang Teoritikal (Sprague, 1982)


  1.  


Sudut Pandang Teoritikal (Sprague, 1982)
SPK bukan sekedar pengembangan evolusioner dari PDE dan SIM, namun SPK merupakan kelas sistem informasi yang berinteraksi dengan bagian-bagian lain dari sistem informasi manajemen secara keseluruhan untuk mendukung aktivitas pengambilan keputusan dalam organisasi.
Peranan SPK dalam konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi.  Terdapat sepuluh karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu :
a.      Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception
b.      Adanya interface manusia/mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan
c.       Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.
d.      Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai (lihat Gambar selanjutnya)


e.      Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan - model interaktif
f.        Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan
g.      Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan system
h.      Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen. (lihat Gambar selanjutnya)
i.        Pendekatan easy to use.  Ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk digunakan, dan memungkinkan keleluasaan pemakai untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas masalah yang dihadapi.
j.        Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.





 Subsistem Manajemen Basis Data (Data Base Management Subsystem).
Ada beberapa perbedaan antara data base untuk SPK dan non-SPK.  Pertama, sumber data untuk SPK lebih "kaya" dari pada non SPK dimana data harus berasal dari luar dan dari dalam, karena proses pengambilan keputusan, terutama dalam level manajemen puncak, sangat tergantung pada sumber data dari luar seperti data ekonomi.


Perbedaan lain adalah proses pengambilan dan ekstraksi data dari sumber data yang sangat besar.  SPK membutuhkan proses ekstraksi, dan DBMS yang mengelolanya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat.  Dalam hal ini, kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen data base dapat diringkas, sebagai berikut :
·         Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan ekstraksi data
·         Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan mudah
·         Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan
·         Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.
·         Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.

Subsistem Manajemen Basis Model (Model Base Management Subsystem)
Salah satu keunggulan SPK adalah kemampuan untuk mengintegrasikan akses data dan model-model keputusan.  Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi di antara model-model.  Karakteristik ini menyatukan kekuatan pencarian dan pelaporan data dari PDE dan pengembangan disiplin manajemen.

Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model meliputi :
·         Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan mudah
·         Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan
·         Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan manajemen data base (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses model). 


Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog (Dialog Generation and Management Software).
Fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai, yang dinamakan subsistem dialog.  Bennet mendefinisikan pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak sebagai komponen-komponen dari sistem dialog.


1.      Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam berkomunikasi dengan sistem.  Hal ini meliputi pemilihan-pemilihan seperti papan ketik (key board), panel-panel sentuh, joystick, perintah suara dan sebagainya.
2.      Bahasa tampilan atau presentasi, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.  Bahasa tampilan meliputi pilihan-pilihan seperti  printer, layar tampilan, grafik, warna, plotter, keluaran suara, dan sebagainya.
3.      Basis Pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai.  Basis pengetahuan meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai agar pemakaian sistem bisa efektif.  Basis pengetahuan bisa berada dalam pikiran pemakai, pada kartu referensi atau petunjuk, dalam buku manual, dan sebagainya.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog pemakai/ sistem meliputi :
-          Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog, bahkan jika mungkin untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai dengan pilihan pemakai.
-          Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai peralatan masukan
-          Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran.
-          Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan pemakai.




Decision Support System

Decision Support System

Definisi KEPUTUSAN
Keputusan dapat dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan.

Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis. Secara umum pengertian teori pengembilan keputusan adalah, teknik pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Teori KEPUTUSAN
Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu prases untuk memilih tindakan yang terbaik dari sejumlah alternative yang ada. Pengambilan keputusan adalah prtoses yang mencakup semua pemikiran dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pilihan yang terbaik. Olehkarena itu, teori keputusan juga merupakan suatu teknis analisis yang berkenaan dengan pengambilan keputusan melalui bermacam-macam model (Manik 2003).

Fungsi dan Tujuan Pengambilan KEPUTUSAN

Fungsi Pengambilan Keputusan
       individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya futuristik.

Tujuan Pengambilan Keputusan
       Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
       Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)

Unsur-Unsur Pengambilan KEPUTUSAN
       Tujuan dan pengambilan keputusan
       Identifikasi alternatif-alternatif, keputusan untuk pemecahan masalah
       Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui
       Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil

Dasar-Dasar Pengambilan KEPUTUSAN
George R. Terry, menjelaskan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku,
       Intuisi
       Pengalaman
       Fakta
       Wewenang
       Rasional

Kelompok dalam KEPUTUSAN

Kelompok Keputusan berdasarkan program,
Pengambilan keputusan terprogram; dan  Pengambilan keputusan tidak terprogram.

Kelompok keputusan Berdasar lingkungan,
1.       Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Pasti;
2.       Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Beresiko;
3.       Pengambilan Keputusan dalam Kondisi tidak pasti;
4.       Pengambilan Keputusan dalam kondisi Konflik.

Proses Pengambilan EPUTUSAN

Proses Pengambilan Keputusan
-          Tahap Penemuan Masalah
-          Tahap Pemecahan Masalah (state of nature)
-          Tahap Pengambilan Keputusan (payoff)

Herbert A. Simon terdapat tiga fase, yaitu: fase Intelegensia; fase Desain; fase Pemilihan (selection)

Richard I. Levin terdapat 6 (enam) tahap: Tahap observasi; Tahap analisis dan pengenalan Masalah; Pengembangan Model; Memilih data masukan yang sesuai; Perumusan dan pengetesan; Pemecahan.

Francis Bacon
-          merumuskan/mendefinisikan masalah;
-          pengumpulan informasi yang relevan;
-          mencari alternatif tindakan;
-          analisis alternatif;
-          memilih alternatif terbaik;
-          melaksanakan keputusan dan evaluasi hasil.

Model Pengambilan KEPUTUSAN
Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru.
Model terbagi atas, Model Kuantitatif; Model Kualitatif;

Model tersebut masih terbagi lagi dalam: Model Probabilitas; Konsep Nilai harapan; Model Matriks; Model Pohon Keputusan (Decision tree Model); Model Kurva Indiferen (kurva tak acuh); Model Simulasi Komputer;(model matematika, simulasi, permainan operasional, model verbal, model fisik)


PENDAHULUAN
sistem pengambilan keputusan merupakan bagian tak terpisahkan dari totalitas sistem organisasi keseluruhan, sistem organisasi paling tidak mencakup sistem fisik (sistem operasional), sistem manajemen (sistem keputusan) dan sistem informasi.


Sistem fisik (sistem operasional) mencerminkan proses transformasi dari input (masukan) menjadi output (keluaran) melalui serangkaian mekanisme/proses dengan melibatkan sumber daya manusia dan non manusia (mesin, uang, bahan baku, energi, informasi, dan lain-lain).

Sistem fisik (sistem operasional) mencerminkan proses transformasi dari input (masukan) menjadi output (keluaran) melalui serangkaian mekanisme/proses dengan melibatkan sumber daya manusia dan non manusia (mesin, uang, bahan baku, energi, informasi, dan lain-lain).

peranan sistem informasi sangat penting dalam menyediakan informasi pendukung keputusan.  Informasi ini bisa bersifat vertikal (top-down maupun bottom-up); horizontal; maupun diagonal



PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses sejak identifikasi masalah sampai pemilihan solusi terbaik disebut proses pengambilan keputusan.
(Putro dan Tjakraatmadja, 1998).

Jika keputusan yang diambil tersebut perlu dipertanggungjawabkan kepada orang lain atau prosesnya memerlukan pengertian pihak lain, maka perlu untuk diungkapkan sasaran yang akan dicapai berikut kronologi proses pengambilan keputusannya. (Mangkusubroto dan Tresnadi, 1987).
Proses pengambilan keputusan di dalam kehidupan organisasi adalah suatu proses yang selalu terjadi, dimana hal ini merupakan denyut nadi jalannya organisasi tersebut.
(Sudirman, 1998).

Pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partisipasi yang terus menerus dari keseluruhan organisasi.  Hasil keputusan tersebut dapat merupakan pernyataan yang disetujui antar alternatif atau antar prosedur untuk mencapai tujuan tertentu.  Pendekatannya dapat dilakukan, baik melalui pendekatan yang bersifat individual/kelompok, sentralisasi/desentralisasi, partisipasi/tidak berpartisipasi, maupun demokratis/ konsensus.
(Suryadi dan Ramdhani, 1998).

Pada umumnya disepakati bahwa keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan.  Pengambilan keputusan hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang "hampir benar" dan yang "mungkin salah“.

Simon (1960) mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan.  Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu:
a.       Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah.  Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

b.       Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan.  Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c.       Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan.  Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.


Rosenhead (1989) di dalam Putro dan Tjakraatmadja (1998) menyatakan bahwa tahap-tahap umum yang digunakan pada proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap pengambilan keputusan, seperti berikut:
a.       Identifikasi tujuan,
b.       Identifikasi alternatif pilihan strategi/kegiatan,
c.       Perkiraan dampak dari setiap kegiatan maupun tujuan,
d.       Evaluasi konsekuensi, dalam bentuk skala penilaian,
e.       Pilih alternatif yang memberikan benefit terbesar.

Pengambil keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan beberapa pertimbangan, yaitu:
1.       Fakta.
Seorang pengambil keputusan yang selalu bekerja secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai satu masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya.  Artinya, fakta itulah yang akan memberi petunjuk keputusan apa yang akan diambil. 

2.       Pengalaman. 
Seorang pengambil keputusan harus dapat memutuskan pertimbangan dilaksanakan pengambilan keputusan berdasarkan pengalamannya.  Seorang pengambil keputusan yang sudah menimba banyak pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada pengambil keputusan yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa. 

Jauch dan Glueck (1995) dan Salusu (1996) mengemukakan tiga pendekatan utama dalam pengambilan keputusan, yaitu model rasional analitis, intuitif emosional, dan perilaku politis berdasarkan suatu fakta (fact) dan nilai (value).

Rasional Analitis

Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua alternatif dengan segala akibat dari pilihan yang diambilnya, menyusun segala akibat dan memperhatikan skala pilihan (scale of preferences) yang pasti, dan memilih alternatif yang memberikan hasil maksimum. 

Pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu "studi yang rasional" terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan.  Unsur-unsur itu diperhitungkan secara matang, sambil semua informasi yang masuk dipertimbangkan tingkat kesahihannya.  Kemudian, untung rugi dari setiap tindakan yang direncanakan dianalisis secara komprehensif.  Pendekatan ini menuntut pengambil keputusan untuk menyingkirkan selera-selera pribadi.

Intuitif Emosional

 Pengambil keputusan intuitif emosional menyukai kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri dengan menggunakan proses alam bawah sadar.  Proses ini dapat didorong oleh naluri, orientasi kreatif, dan konfrontasi kreatif. 

Pengambil keputusan mempertimbangkan sejumlah alternatif dan peluang, secara serempak meloncat dari satu langkah dalam analisis atau mencari yang lain dan kembali lagi.  Mereka yang menentang pendekatan ini mengemukakan bahwa cara ini tidak secara efektif menggunakan semua sarana yang ada bagi pengambil keputusan modern.

Perilaku Politis

Berbeda dengan model-model pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa cara pengambilan keputusan perilaku politis merupakan pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif.  Juga dianggap teori deskriptif yang menyarankan agar organisasi tempat pengambil keputusan bekerja membatasi pilihan yang ada.  Keputusan diambil kalau beberapa orang yang terlibat dalam proses itu menyetujui bahwa mereka telah menemukan pemecahan.  Mereka melakukan hal ini dengan saling menyesuaikan diri dan saling berunding mengikuti peraturan permainan cara mengambil keputusan dalam organisasi pada masa lalu.  Pengambil keputusan harus mempertimbangkan apakah hasil keputusan itu dapat dilaksanakan secara politis.

Decision Making Process (Forgionne, 2000)





Decision Suport System
Decision support systems (DSS) are computer-based systems used to assist and aid decision makers in their decision making processes.

Sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu evolusi dari akses data sederhana dan pelaporan untuk mendukung analitis kompleks, kreatif, dan kecerdasan yang mendukung terhadap pengambilan keputusan. (Holsapple & Whinston, 1996)

Decision Making Process
Keen and Scott-Morton (1978) note that DSS play a different role and propose the following definition:
“Decision support systems couple the intellectual resources of individuals with the capabilities of computers to improve the quality of decisions. It is a computer-based support for management decision makers who deal with semi-structured problems.”

Bonczek, Holsapple and Whinston (1980), define DSS in terms of its components.  A generic DSS consists of a language system for communication between the user and the DSS, a knowledge system containing problem domain knowledge consisting of data and procedures, and a problem processing system consisting of programs capable of solving decision problems.

Sistem informasi berbasis komputer (computer-based information system) atau CBIS digunakan untuk menggambarkan subsistem yang berbasis komputer antara lain: SIA, SIM, DSS, OA, dan ES.


Blogger templates

Blogroll

Blogger news